Ingin Sehat?
Berpuasalah!
Siapa sangka ternyata tubuh kita penuh dengan racun. Makanan yang kita konsumsi sehari-hari dan udara yang dihirup setiap saat tanpa disadari menyertakan ikatan-ikatan kimia yang tidak bermanfaat bagi tubuh yang pada kadar tertentu bisa bersifat sebagai racun. Zat racun ini kebanyakan berasal dari bahan tambahan yang terdapat pada makanan olahan, seperti pengawet, pewarna, penstabil makanan, dan penguat rasa. Makanan-makanan yang mengandung garam dan gula yang tinggi, serta mengandung hormon, pestisida, dan unsur metal (seperti timbal dan merkuri) juga menjadi “pintu” masuknya racun ke dalam tubuh. Sumber racun lain berasal dari polusi udara yang ditimbulkan oleh asap kendaraan maupun asap rokok. Selain itu racun juga bisa masuk ke dalam tubuh melalui obat-obatan kimia. Obat bebas maupun obat resep dokter, sekalipun bermanfaat ternyata juga dapat merupakan sumber racun berbahaya.
Begitu banyak racun menghampiri tubuh, mengapa kita masih bisa melakukan aktivitas rutin? Itu karena tubuh memiliki mekanisme yang secara alami dapat membersihkan diri dari racun. Proses berkemih (buang air kecil), buang air besar (BAB), dan berkeringat merupakan bagian dari proses pengeluaran zat-zat sisa yang bila mengendap bisa menjadi racun. Jika sistem pembersih ini bekerja dengan optimal, racun-racun akan tersingkir hingga jumlahnya menjadi minimal dan tidak terlalu mengganggu kerja fungsi organ-organ tubuh yang lain. Namun, bila racun menumpuk terlalu banyak, sistem pembersih akan kewalahan dan tidak
bekerja dengan baik. Akibatnya racun-racun tersebut akan merusak pertahanan tubuh dan memicu berbagai penyakit.
Hati si Pembersih
Organ tubuh yang paling berperan membersihkan tubuh dari racun adalah hati atau liver. Hati tersusun dari sekitar 300 miliar sel yang siap mengontrol proses metabolisme tubuh. Apa pun yang kita makan, minum, hirup lewat udara, serap lewat kulit, semuanya akan terkumpul di hati.
Sel-sel hati ini akan memproses nutrisi dari zat makanan menjadi zat yang dibutuhkan tubuh. Sementara zat-zat sisa hasil metabolisme yang merupakan racun bagi tubuh diolah sedemikian rupa di hati sehingga dapat dibuang dengan aman. Sebagian racun yang sudah dicerna disalurkan ke pembuluh darah, lalu disaring oleh ginjal dan kemudian dibuang melalui air seni. Zat racun yang lain dibawa oleh cairan empedu yang diproduksi oleh hati. Cairan ini bergerak melalui saluran empedu menuju kandung empedu dan usus untuk kemudian dibuang lewat proses buang air besar.
Hati adalah organ yang multifungsi. Selain menetralkan racun, hati bertugas menyimpan kelebihan gula (glukosa) di dalam tubuh. Ketika tubuh butuh energi, hati akan mengeluarkan, cadangan glukosa tadi. Hati juga memproduksi:
- Albumin, protein yang mengatur pertukaran air antara darah dan jaringan.
- cairan empedu, cairan yang membawa keluar zat tak berguna dan mencerna lemak di usus kecil.
- kolesterol, zat yang dibutuhkan sel dalam tubuh.
- faktor pembeku darah yang dibutuhkan untuk menghentikan perdarahan.
- globin, bagian hemoglobin pembawa oksigen dalam darah.
- dan faktor-faktor kekebalan tubuh yang bekerja melindungi tubuh dari infeksi.
Beban kerja hati ini akan semakin berat bilamana tubuh sering diberi makanan yang banyak mengandung lemak dan racun. Hati terpaksa bekerja lebih keras agar zat-zat berbahaya dapat dinetralisir dan dibuang dari tubuh. Jika terus-terusan diberi beban berat, dalam jangka panjang hati bisa kewalahan lalu aus atau rusak. Ini akan mengakibatkan sistem pertahanan tubuh menjadi rapuh dan lemah. Banyak orang ‘kecolongan’ dengan kesehatan organ hatinya, dikira baik-baik saja ternyata sudah rusak parah. Kerusakan hati sering tidak terdeteksi pada tahap awal karena tidak ada gejala khas yang muncul. Hati baru menunjukkan masalah dan menimbulkan keluhan serius bilamana kerusakannya sudah sangat parah dengan fungsi hanya tinggal 10 persen. Pada tahap ini organ hati sulit untuk dipulihkan. Pada kondisi final, organ hati mengalami kerusakan menyeluruh, tidak bisa dipertahankan lagi.
Untuk memperpanjang hidup, solusinya hanya dengan melakukan tranplantasi hati yang memakan biaya sangat mahal dengan risiko yang sangat tinggi.
Detoksifikasi
Karena itulah kita perlu meringankan beban hati dengan melakukan detoksifikasi. Detoksifikasi adalah usaha yang dilakukan untuk mengeluarkan racun atau zat-zat yang bersifat racun dari dalam tubuh. Usaha ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan berpuasa. Puasa membuat kita tidak makan dan minum selama kurang lebih 14 jam dalam sehari. Rentang waktu ini memberi kesempatan pada hati bekerja lebih baik dan leluasa untuk melakukan pembersihan dan mengeluarkan racun dari dalam tubuh.
Proses detoksifikasi berlangsung secara bertahap, tidak instan. Organ-organ di tubuh kita sangat kompleks dan tidak bisa menerima pembersihan mendadak secara sekaligus. Puasa selama 30 hari di bulan
Ramadan dianggap sangat ideal untuk proses detoksifikasi karena masa waktunya panjang. Biasanya efek detoks baru terasa pada puasa hari ketiga. Berpuasa selama 30 hari di bulan Ramadhan dapat menguras racun-racun di dalam tubuh hingga 90%. Kondisi seperti ini dapat meningkatkan sirkulasi oksigen dan nutrisi ke seluruh sel dan jaringan tubuh, sehingga sel-sel yang sudah rusak bisa memperbaiki diri dan meningkatkan fungsinya secara optimal.
Dengan berpuasa, saluran cerna dan enzimenzim serta hormon dapat beristirahatsejenak setelah bekerja bekerja secara terus-menerus. Efek positifnya, berbagai jenis penyakit semisal diabetes, darah tinggi, kolesterol tinggi, maag, dan lain-lain dapat terkendali dengan baik. Makanya, selain berpuasa di bulan Ramadan yang hukumnya wajib bagi umat Islam, banyak juga orang yang menjalankan puasa sunat secara rutin di hari-hari selain Ramadan, seperti berpuasa di hari Senin dan Kamis. Selain berharap pahala mereka juga melakukannya demi alasan kesehatan.
Berpuasa dengan Bijak
Supaya betul-betul memberikan efek detoksifikasi yang maksimal, puasa harus dilakukan dengan cara bijaksana. Penting sekali memperhatikan asupan makanan ketika sahur dan berbuka agar puasa dapat dijalankan dengan lancar sehingga memberikan manfaat detoksifikasi yang optimal. Berikut catatan penting ketika hendak detoks diri dengan berpuasa:
1. Perbanyak makan serat di waktu sahur. Sebelum imsak jangan lupa makan buah atau minum susu. Ini akan membantu perut agar tidak cepat lapar.
2. Sewaktu berbuka jangan “balas dendam”dengan makan berlebihan.
Pola makan yang keliru saat puasa justru bisa membuat berat badan bertambah dan kolesterol melonjak naik.
3. Berbukalah secara bertahap. Mulailah dengan makanan ringan yang manis.
Tenangkan perut sejenak, kemudian lanjutkan dengan memakan makanan berat.
4. Puasa rasanya tidak lengkap tanpa hidangan pembuka. Seringkali yang dijadikan takjil atau makanan pembuka adalah kolak yang mengandung santan.
Jika tetap ingin mengonsumsi kolak, pilih yang menggunakan santan encer.
5. Perbanyak minum air putih dan perkuat stamina tubuh dengan mengonsumsi suplemen TIENS, seperti Spirulina Capsules dan Chitin Chitosan.
No comments:
Post a Comment